Resimen Mahasiswa (disingkat Menwa)
adalah salah satu kekuatan sipil yang dilatih dan dipersiapkan untuk mempertahankan
NKRI sebagai perwujudan Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta
(Sishankamrata). Menwa juga merupakan salah satu komponen warga negara yang
mendapat pelatihan militer (unsur mahasiswa). Markas komando satuan Menwa
bertempat di perguruan tinggi di kesatuan masing-masing yang anggotanya adalah
mahasiswa atau mahasiswi yang berkedudukan di kampus tersebut. Menwa merupakan
komponen cadangan pertahanan negara yang diberikan pelatihan ilmu militer
seperti penggunaan senjata, taktik pertempuran, survival, terjun payung, bela
diri militer, senam militer, penyamaran, navigasi dan sebagainya.
Upacara Pembukaan
Pengambilan Baret Ungu
Sejarah Resimen Mahasiswa
Sejarah Menwa bisa dilacak
sampai 49 tahun yang lalu. Yang mengawali nya adalah keterlibatan sejumlah
mahasiswa FK-Unpad dalam penumpasan DI/TII Karto suwiryo, 1959. mereka
diikutsertakan langsug dalam operasi militer tersebut, sesudah memperoleh
latihan militer di Kodam militer Siliwangi.
Tim ini kemudian berkembang
menjadi Resimen Mahawarman dan diresmikan pada 13 Juni 1959. sesudah mahawarman
, di UI Jakarta dibentuk pula resimen serupa dengan nama mahajaya, pada 1962.
perkembangan di kedua universitas ini menjadi daya dorong bagi Resimen
mahasiswa—sebagai salah satu unsure pertahanan sipil(Hansip)—di banyak
perguruan tinggi Indonesia lainnya.
Namun yang dilakukan menwa pada
saat itu bukanlah untuk melawan para Mahasiswa sendiri. Misalnya Soekarno
mengomandokan “Trikora”, para anggota Menwa menjdai bagian dari tim sukarelawan
yang dikirim ke Irian Jaya. Jadi betul-betul terjun ke medan pertempuran. Tugas
intelijen mulai dilakukan mereka di saat-sat menjelang akhir rezim orde lama.
Kampus memang menjadi ajang politik yang sangat hangat saat itu. Menwa
berfungsi sebagai mata telinga ABRI di kampus dalam rangka menangkap penyusupan
PKI ke kampus-kampus. Menwa misalnya menjadi salah satu garda terdepan dalam
berhadapan dengan organisasimahasiswa yang berafiliasi dapa PKI, CGMI, Karena
keefektifitasnya, konon DN Aidit, ketua komite sentral PKI pernah meminta
kepada Presiden Soekarno unutk membubarkan Menwa.
Di era orde baru salah satu
perkembangan terpenting dalam perjalanan Menwa adalah keluarnya surat Keputusan
Bersama tiga Menteri, Mendikbud, Menhankam, mendagriNo.Kep/39/XI/1975 tanggal
11/11/75 ttentang pembinaan organisasi Menwa ; yang ditindak lanjuti dengan SKB
menhankam,Mendikbud, dan Mendagri No.Kep 02/!/1978 tanggal 19/1/1978 tentang
petunjuk pelaksanaan Pembinaan organisasi menwa . secara umum sasaran pembinaan
menwa di arahkan pada
terwujudnya menwa sebagsai
patriot pejuang, pelopor dalam pembangunan sebagai inssan Pancasila yang
bertakwa kepada Tuhan YME
terwujudnya identitas Menwa
sebagai mahasiswa Indonesia yang terlatih dan sadar akan tanggung jawabnya
dalam pembangunan negara serta menjunjung tinggi Tri Dharma Perguruan Tinggi
selain sebagai komponen kekuatan Hankam
tewujudnya penghayatan,
penyerapan serta pelaksanaan tekad dan pendirian menwa Indonesia sebagai sumpah
setia terhadap Pancasila dan UUD 1945.
Melalui konsep NKK/BKK, yang
dicetuskan oleh DR. Daoed Joesoef, Mendikbud waktu itu, Menwa
ditempatkansebagai salah satu unit kegiatan resmi di tingkat universitas.
Dengan merka mempunyai kesejajaran dengan unit kegiatan mahasiswa (ukm) lainnya
seprti Pecinta Alam, marching Band, Pramuka , pers kampus dll. Mereka
digolongkan dalam pembianaan minat, bakat dan Kegemaran. Namun secar structural
pembinaan meliputi tran- departemental, disitulah awal “konflik” itu barangkali
timbul.
Sedang aspek paling menonjol karena
fungsi kesetaraan itu di Indonesia itu untuk trend sekarang dibawah Orde Baru
adalah bahwa ABRi ikut terjun dalam dunia politik, maka sulit rasanya di
elakkan kalau dikatakan bahwa mereka pun telah memainkan fungsi-fungsi dari
DWI-fungsi ABRI. Ini pulalah memicu tuduhan bahwa mereka dalam performansinya
lebih mirip tenteara dari pada sebaga I sosok mahasiswa. Ini terlihat dari
atribut yang dikenakan , dari cara berjalan , dan secara psikologis jiwa sesama
korps (espirit de corps) lebih kuat karena mereka digodok di kawah candradimuka
unutk beberapa minggu. “Setting” politik ini memang tak menguntungkan Menwa
“generasi baru” in. sejak awal mereka diposisikan sebagai pengamanan kampus
yang harus berhadapan dengan gerakana-erakan mahasiswa yang semakin terdesak ke
dalam kampus. Saat itu lazim terdengar ejekan kepada menwa sebagai “alat
penguasa”. Kerana sejak akhir 1970-an, mereka cenderung diminorkan oleh
mahasiswa relatifmenyusut, sumber perselisihanantar menwa dengan non-menwwa
berlangsung pada wilayah ini. Karena, terkadang , persoalan sepele—perbedaan
penafsiran tentang kedisiplinan misalnya— menwa ditempatkan sebagai penjaga
kepentingan dan pimpinan perguruan tinggi setiap kali terjadi konflik dengan
mahasiswa.