Label

  • Menwa
Tampilkan postingan dengan label Menwa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Menwa. Tampilkan semua postingan

Selasa, 31 Mei 2016

Sejarah Menwa

Resimen Mahasiswa (disingkat Menwa) adalah salah satu kekuatan sipil yang dilatih dan dipersiapkan untuk mempertahankan NKRI sebagai perwujudan Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Menwa juga merupakan salah satu komponen warga negara yang mendapat pelatihan militer (unsur mahasiswa). Markas komando satuan Menwa bertempat di perguruan tinggi di kesatuan masing-masing yang anggotanya adalah mahasiswa atau mahasiswi yang berkedudukan di kampus tersebut. Menwa merupakan komponen cadangan pertahanan negara yang diberikan pelatihan ilmu militer seperti penggunaan senjata, taktik pertempuran, survival, terjun payung, bela diri militer, senam militer, penyamaran, navigasi dan sebagainya.
 Upacara Pembukaan



Pengambilan Baret Ungu



Sejarah Resimen Mahasiswa

Sejarah Menwa bisa dilacak sampai 49 tahun yang lalu. Yang mengawali nya adalah keterlibatan sejumlah mahasiswa FK-Unpad dalam penumpasan DI/TII Karto suwiryo, 1959. mereka diikutsertakan langsug dalam operasi militer tersebut, sesudah memperoleh latihan militer di Kodam militer Siliwangi.
Tim ini kemudian berkembang menjadi Resimen Mahawarman dan diresmikan pada 13 Juni 1959. sesudah mahawarman , di UI Jakarta dibentuk pula resimen serupa dengan nama mahajaya, pada 1962. perkembangan di kedua universitas ini menjadi daya dorong bagi Resimen mahasiswa—sebagai salah satu unsure pertahanan sipil(Hansip)—di banyak perguruan tinggi Indonesia lainnya.
             Namun yang dilakukan menwa pada saat itu bukanlah untuk melawan para Mahasiswa sendiri. Misalnya Soekarno mengomandokan “Trikora”, para anggota Menwa menjdai bagian dari tim sukarelawan yang dikirim ke Irian Jaya. Jadi betul-betul terjun ke medan pertempuran. Tugas intelijen mulai dilakukan mereka di saat-sat menjelang akhir rezim orde lama. Kampus memang menjadi ajang politik yang sangat hangat saat itu. Menwa berfungsi sebagai mata telinga ABRI di kampus dalam rangka menangkap penyusupan PKI ke kampus-kampus. Menwa misalnya menjadi salah satu garda terdepan dalam berhadapan dengan organisasimahasiswa yang berafiliasi dapa PKI, CGMI, Karena keefektifitasnya, konon DN Aidit, ketua komite sentral PKI pernah meminta kepada Presiden Soekarno unutk membubarkan Menwa.
          Di era orde baru salah satu perkembangan terpenting dalam perjalanan Menwa adalah keluarnya surat Keputusan Bersama tiga Menteri, Mendikbud, Menhankam, mendagriNo.Kep/39/XI/1975 tanggal 11/11/75 ttentang pembinaan organisasi Menwa ; yang ditindak lanjuti dengan SKB menhankam,Mendikbud, dan Mendagri No.Kep 02/!/1978 tanggal 19/1/1978 tentang petunjuk pelaksanaan Pembinaan organisasi menwa . secara umum sasaran pembinaan menwa di arahkan pada
terwujudnya menwa sebagsai patriot pejuang, pelopor dalam pembangunan sebagai inssan Pancasila yang bertakwa kepada Tuhan YME
terwujudnya identitas Menwa sebagai mahasiswa Indonesia yang terlatih dan sadar akan tanggung jawabnya dalam pembangunan negara serta menjunjung tinggi Tri Dharma Perguruan Tinggi selain sebagai komponen kekuatan Hankam
tewujudnya penghayatan, penyerapan serta pelaksanaan tekad dan pendirian menwa Indonesia sebagai sumpah setia terhadap Pancasila dan UUD 1945.
          Melalui konsep NKK/BKK, yang dicetuskan oleh DR. Daoed Joesoef, Mendikbud waktu itu, Menwa ditempatkansebagai salah satu unit kegiatan resmi di tingkat universitas. Dengan merka mempunyai kesejajaran dengan unit kegiatan mahasiswa (ukm) lainnya seprti Pecinta Alam, marching Band, Pramuka , pers kampus dll. Mereka digolongkan dalam pembianaan minat, bakat dan Kegemaran. Namun secar structural pembinaan meliputi tran- departemental, disitulah awal “konflik” itu barangkali timbul.


           
           Dalam wacana kemahasiswaan,mereka dibawah mendikbud, karena semata-matamereka adalah mahasiswa Indonesia , yang juga mahasiswa Indonesia lainnya yang memiliki status nahasiswa. Unsur pembinaan dari menhankam , oleh karena itu secara atributifdan posisi mahsiswa itu dibekali dengan teori-teori dan praktik ketentaraan dan kesatrian yang seperti yang dicontohkan untuk mi;literkita, dan berkaitan dengan Depdagri, karena walau bagaimanapun, sebagai salah satu bentuk dari unsure bela negarra, maka dia ditempatkan di bawah koordinasi Pertahanan sipil, yakni Mawil hansip. Jadi memang secara structural pula, menwa adalah slitis.
          Sedang aspek paling menonjol karena fungsi kesetaraan itu di Indonesia itu untuk trend sekarang dibawah Orde Baru adalah bahwa ABRi ikut terjun dalam dunia politik, maka sulit rasanya di elakkan kalau dikatakan bahwa mereka pun telah memainkan fungsi-fungsi dari DWI-fungsi ABRI. Ini pulalah memicu tuduhan bahwa mereka dalam performansinya lebih mirip tenteara dari pada sebaga I sosok mahasiswa. Ini terlihat dari atribut yang dikenakan , dari cara berjalan , dan secara psikologis jiwa sesama korps (espirit de corps) lebih kuat karena mereka digodok di kawah candradimuka unutk beberapa minggu. “Setting” politik ini memang tak menguntungkan Menwa “generasi baru” in. sejak awal mereka diposisikan sebagai pengamanan kampus yang harus berhadapan dengan gerakana-erakan mahasiswa yang semakin terdesak ke dalam kampus. Saat itu lazim terdengar ejekan kepada menwa sebagai “alat penguasa”. Kerana sejak akhir 1970-an, mereka cenderung diminorkan oleh mahasiswa relatifmenyusut, sumber perselisihanantar menwa dengan non-menwwa berlangsung pada wilayah ini. Karena, terkadang , persoalan sepele—perbedaan penafsiran tentang kedisiplinan misalnya— menwa ditempatkan sebagai penjaga kepentingan dan pimpinan perguruan tinggi setiap kali terjadi konflik dengan mahasiswa.